Sunday, April 25, 2010

Sebagian Nafas Ibadah



Saudaraku, di saat kita dihadapkan pada suatu pekerjaan tentunya tidak jarang kita mendapatkan kesulitan, merasakan kelelahan, atau menemukan kejenuhan. Semua itu harus bisa kita lewati sebagai bagian dari fase-fase kehidupan menuju akhirat karena dunia ini adalah tangga sebelum kita sampai di akhirat. Namun kita menginginkan semuanya bisa terlewati atas Ridho-Nya. Setidaknya, ada 3 hal yang perlu kita perhatikan dalam menyikapi pekerjaan kita .
Pertama, senantiasa meluruskan segala niat dalam seluruh aktivitas kita untuk beribadah kepada Allah. Termasuk niat kita dalam bekerja. Ada sebuah kisah salah seorang salafusshalih bernama Sa’id bin Musayyib. Ia adalah tokoh generasi tabi’in yang disegani karena kedalaman ilmunya. Saat menjelang wafat ia meninggalkan banyak dinar. Menjelang wafat, beliau berkata : “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku mengumpulkan harta tidak lain untuk memelihara agamaku, untuk menyambung persaudaraanku, memelihara kehormatanku, menunaikan hutangku. Tak ada kebaikan bagi orang yang mengumpulkan harta kecuali untuk memelihara kehormatannya, menyambung silaturahim, menunaikan hutang dan melindungi agamanya”
Perkataan beliau menandakan bahwa beliau memendam gelisah memiliki harta benda di dunia. Karenanya beliau mengadu pada Allah bahwa ia mencari harta semata-mata untuk beribadah pada Allah. Seperti juga Malik bin Dinar. Suatu ketika ia membeli beberapa jenis kurma yang agak banyak. Orang-orang yang melihatnya heran karena Malik bin Dinar dikenal sebagai orang yang banyak baribadah dan biasanya sangat minim perhatiannya terhadap makanan. Seseorang bertanya padanya, “apakah ini wahai Abu Yahya-panggilan untuk Malik bin Dinar-?” Ia menjawab ,”ini adalah untuk puasa dan untuk shalat.” Begitulah jawaban dari seorang hamba yang senantiasa menyerahkan hidupnyauntuk Allah semata.
Kedua, memohon kepada Allah agar setiap aktivitas dalam pekerjaan kita disertai Allah dan tidak hanyut terbawa arus hawa nafsu belaka walau hanya sekejap mata pun. Seperti do’a yang diajarkan Rasulullah sebagai berikut : “Ya Allah, rahmat-Mu lah yang aku harapkan. Maka janganlah Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri, sekejap mata pun. Perbaikilah semua keadaanku. Tidak  ada Tuhan selain Engkau”(HR. Abu Daud). Kata ‘sekejap mata pun’ menandakan bahwa tidak ingin sedikit pun perkara lepas dari bimbingan Allah. Tidak ingin sedikit pun mulai dari mengawali pekerjaan hingga menggunakan harta yang diperoleh dari hasil pekerjaan tersebut digunakan untuk bermaksiat pada Allah. Jangan sampai ada bagian kecil pun dari rezeki Allah itu menetes menjadi bagian dari kemaksiatan terhadap Allah.
Ketiga, mensyukurinya. Terkadang kita lebih sering bisa merasakan kesulitan daripada kemudahan, penderitaan daripada kesenangan, beban hidup daripada kelapangan. Padahal Allah sudah mengatakan dalam QS. Al-Insyirah : 5-6.
Syukurilah semua fase hidup yang kita alami. Ada sebuah nasihat dari Syeikh Mushtafa as-Siba’i, “Kunjungilah penjara sekali dalam hidup agar engkau tahu apa kenikmatan yang Allah berikan kepadamu berupa kebebasan. Kunjungi pengadilan satu kali dalam satu tahun agar engkau tahu apa kemurahan Allah padamu karena engkau memiliki kebaikan akhlak. Kunjungi rumah sakit satu kali dalam satu bulan agar engkau tahu bagaimana kenikmatan Allah kepadamu yang mempunyai kesehatan. Kunjungi kebun dan pepohonan satu kali dalam satu minggu agar engkau tahu, apa kenikmatan Allah yang diberikan atas dirimu dari keindahan alam. Kunjungi Tuhanmu setiap waktu agar engkau mengetahui bagaimana kemurahan-Nya kepadamu karena telah memberimu hidup dengan berbagai kenikmatan yang tak terhitung.”
Saudaraku, mari berusaha dan bekerja untuk Allah, karena disana ada sebagian nafas ibadah kita.

Jatibening, April 2010