Tuesday, December 27, 2011

Pertemuan di Penghujung Tahun


Fatimah Ha’ Yo *), itulah sebuah nama yang pengucapannya beberapa kali diajarkan oleh si pemilik nama dari negeri Gajah Putih. Pertemuan singkat itu memberikan kesan yang mendalam bagi saya pribadi. Kami dipertemukan dalam sebuah acara perkemahan Muslim yang melibatkan beberapa negara ASEAN dengan tema “Satu Rumpum Satu Matlamat”. Tema tersebut semakin menguatkan keyakinan kami akan sebuah matlamat yang sama meski kami memiliki banyak perbedaan dalam hal bahasa, batas geografis, adat istidt dan lainnya.
Ucapan salam dan jabatan tangan pertama seakan menghilangkan segala pembatas diantara kami. Perbedaan bahasa pun tidak menyebabkan kami berada dalam kekakuan untuk saling menceritakan pengalaman di negara masing-masing. Sosok yang kulihat itu adalah seorang perempuan berbalut jilbab rapi dan sangat lembut. Meski dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama non-muslim, namun tidak melunturkan tekadnya untuk berbusana muslimah bahkan menjadi pejuang penebar dakwah Islam di negeri tersebut. Satu hal lagi yang membuat saya terkesan terhadapnya adalah kerelaannya melepaskan ukiran namanya yang tertempel di jilbab lebarnya persis setelah jabatan tangan dan salam, sebelum percakapan dimulai , tanpa sepatah kata pun. Hanya senyuman manis dan tatapan lembut yang mengiringinya ketika mulai memasangkan ukiran tersebut di jilbab saya.
Itulah kekuatan ukhuwah, mampu melewati batas-batas geografis dan segala perbedaan yang menghalangi. Dan begitulah ukhuwah, mampu memberikan kepercayaan pada pertemuan pertama. Karena ukhuwah dibangun atas dasar keimanan dan kesatuan matlamat.
Uhibbukifillah….semoga kita dipertemukan kembali di tempat dan waktu terindah, di Jannah-Nya kelak…Amin.
Malaysia, 26 Desember 2011

*)entah seperti apa penulisan yang benar karena ditulis dalam huruf Thai

Wednesday, November 16, 2011

Kisah Sekian Ratus Tahun Lalu...


Sekian ratus tahun yang lalu…

Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya… seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung…. hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang.

Tak berapa lama kemudian….
seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana.

Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut.
Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa.

Namun, ketika akan mengetuk pintu… terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya.
Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya.
Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah..
di depan pintu…

dengan udara malam yang dingin melilit…
hanya beralaskan selembar sorban tipis.
Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi..
karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…

Dan ternyata, di dalam rumah..
persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya..
Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu.

Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang.
Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

malam itu… tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana… karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

dan Nun jauh di langit….
ratusan ribu malaikat pun bertasbih….
menyaksikan kedua sejoli tersebut…

SUBHANALLAH WABIHAMDIH

betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina
terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona…
saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…

Tahukah Anda… siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq.
Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat.

Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak.
dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani keduanya.


sumber : kembanganggrek 

Wednesday, August 17, 2011

Renungan Nasyid [2]


Kawan, masih ingatkah dengan sebuah nasyid dari Alarm Me yang memberikan semangat untuk merebut kembali kejayaan Islam? Mari kita simak liriknya, semoga bisa menjadi renungan bagi kita yang ingin menjadi bagian dari penegak dien-Nya…

Adakah Kau Lupa

Adakah kau lupa
Kita pernah berjaya
Adakah kau lupa
Kita pernah berkuasa

Memayungi dua pertiga dunia
Menrentas benua melayar samudera
Keimanan juga ketaqwaan
Rahsia mereka capai kejayaan

Bangunlah wahai anak bangsa
Kita bina kekuatan jiwa
Tempuh rintangan perjuangan

Gemilang generasi yang silam
Membawa arus perubahan
Keikhlasan hati dan nurani
Ketulusan jiwa mereka berjuang

Sejarah telah mengajar kita
Budaya Islam di serata dunia
Membina tamadun berjaya
Merubah mengangkat maruah

Sunday, July 3, 2011

Pertemuan 14

Ahad, 03 Juli 2011 kunamakan Pertemuan 14*)
05.01
Hp bergetar, sekilas terlihat isi sms dari seorang teman “opoy**), hari ini bisa ikut kumpul, kan? Jam 9 di depan gerbang ITB…Bls ya.” Spontan mata saya melirik pada jam dinding dan pikiran saya pun fokus kembali pada agenda yang sudah cukup lama kami rencanakan. Namun sampai saat itu, belum mendapatkan sinyal positif dari orangtua untuk diijinkan berangkat. Ya, saya mengerti hal itu karena kondisi Mama yang kurang sehat. Otomatis segala pekerjaan rumah harus saya tangani. Kuletakkan kembali Hp tanpa membalas sms tersebut, berharap ada jawaban yang lebih baik daripada “tidak bisa.”
05.25
“Katanya mau ke Bandung, kok belum siap-siap?” pertanyaan itu  yang tiba-tiba menghentikan aktivitas pagi saat itu. Sinyal positif. Saya coba yakinkan kembali tentang perijinan untuk berangkat “emang nggak apa-apa saya berangkat?”
“Berangkat aja tapi langsung pulang lagi sorenya” jawab orangtua saya meyakinkan. Segera kuraih Hp dan membalas sms tadi “sempet ga ya kalo br brngkt pagi ini?” Sengaja saya bertanya seperti itu sekedar menguatkan keyakinan untuk pergi mengingat jarak Tasik-Bandung yang menghabiskan waktu sekitar 2,5 - 3 jam.
05.32
“ sempet2, ayo opoy,cepet berangkat…” begitulah jawaban teman saya itu meyakinkan. Akhirnya dengan senang hati saya bersiap membawa segala perlengkapan yang dibutuhkan termasuk kado yang akan diberikan.
06.20
Segera berpamitan dan menunggu angkot ke terminal, mengejar bus Tasik-Bandung sebelum jam 07.00.
06.40
Sampai di terminal bayangan, banyak sekali calon penumpang yang menuju ke arah utara Jawa Barat dan menunggu karena belum kebagian tumpangan. Sekilas saya dengar percakapan mereka tentang kemacetan ke arah utara yang menjadi penyebab bertumpuknya penumpang tersebut. Saya mencoba mencari informasi tentang kelancaran perjalanan ke petugas “kemarin sampai tadi malam juga macetnya sampai 3 jam” begitulah jawaban petugas tadi.
“ya Allah…bagaimana ini, sedangkan saya harus mengejar segera pulang kembali ke rumah hari ini?” gumam saya dalam hati. Cukup lama berpikir dan saat itu pula belum ada bus yang lewat. “Pemberangkatan setiap bus diundur 30 menit karena macet” tambah petugas tersebut. Saya berpikir untuk ke pool bus namun tetap saja waktu yang dibutuhkan diperjalanan tidak akan memungkinkan untuk segera pulang ke Tasik kembali. Dengan terpaksa…saya mengurungkan niat untuk pergi ke Bandung dan dengan menyesal saya kirimkan sms ”ian, penumpang meni ngantri, masih numpuk ieu ge, soalna macet cenah di Rancaekekna nyampe 3 jam-an kamari mah. Punten  kasadayana teu tiasa ka Bandung ayeuna”L Segera saya menguatkan diri bahwa segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
07.10
Tidak ada jawaban dari teman saya. Ya, saya mengerti perasaannya. Mungkin kita akan dipertemukan di tempat dan waktu yang terbaik suatu saat nanti. Saya memutuskan untuk meneruskan perjalanan namun dengan arah yang berlawanan yaitu ke Masjid Agung Tasikmalaya tempat beribu kenangan akan momentum awal perubahan perjalanan hidup saya. Seringkali saya menyempatkan ke Masjid Agung setiap pulang ke Tasik meski sekedar duduk dan merenung.
07.30
Dan ternyata…sesampainya disana, kondisi di sekitar Masjid masih sepi. Hanya dentuman lagu aerobic di seberang Masjid yang terdengar dan petugas kebersihan Masjid yang berkeliling. Saya putuskan untuk melakukan aktivitas seperti biasa di ruang utama Masjid. Tampaklah beberapa orang yang sibuk mempersiapkan sound system. Beberapa saat kemudian banyak orang berpakaian rapi memasuki Masjid. Ternyata ada 2 agenda yang akan dilaksanakan di dalam Masjid tersebut. Pertama, prosesi akad nikah sampai dengan jam 09.00. Kedua, training DNA yang diselenggarakan oleh DPU-DT setiap bulan. Skenario Allah memang selalu lebih indah. Kedua acara tersebut cukup memberikan nasihat yang mendalam bagi saya sendiri yang memang sedang membutuhkan siraman. Bagaikan tanah gersang disiram air telaga yang segar. Alhamdulillah. Taujih akad nikah mengingatkan saya untuk terus memperbaiki diri dalam segala aspeknya dan mengingatkan kembali akan keberkahan dari sunnah Nabi tersebut yang bisa menjadi jalan menuju jannah-Nya. Selain itu, saya bertemu dengan teman-teman seperjuangan di SMA yang bertemu terakhir ketika acara pelepasan beberapa tahun lalu. Sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnyaJ.
09.15
Dilanjutkan dengan Training DNA yang banyak sekali memberikan inspirasi dan mengingatkan diri ini akan orientasi hidup yang mungkin sudah mulai terkubur karena rutinitas yang menyibukkan. Membuat diri ini bertanya pada jiwa ‘kemana saja kau selama ini? Dan dimana kau posisikan Allah selama ini?’ Astagfirullah…Selain itu, peserta dimotivasi dengan keajaiban dari sedekah dan diajak untuk meningkatkan kuantitas dalam bersedekah.
Di akhir pelatihan, peserta mampu dibawa pada kondisi haru. Kami diajak untuk berdo’a dengan hati yang terdalam, bersyukur atas nikmat Allah, introspeksi diri, dan bershalawat serta memunculkan kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Rasulullah SAW.  Subhanallah.





NB: Teman-teman,,,maafkan jika saya membuat kalian kecewa. Bukan berarti diri ini tidak memiliki rasa rindu untuk bertemu namun akan ada waktu terindah yang mungkin mempertemukan kita yang Allah pilihkan, Insya Allah.
Terimakasih atas do’a dan kelapangan dada teman-teman atas ketidakhadiran saya di tempat dan waktu yang direncanakan. Semoga ukhuwah kita akan tetap terjalin hingga bisa berkumpul di Jannah-Nya kelak. Amiin.   


*) penjumlahan digit-digit 03072011
**) nama panggilan

Friday, July 1, 2011

Sang Pemenang dan Kejujuran

Dalam sebuah lomba gerak jalan lintas desa, hampir semua murid sekolah dasar yang ikut menampakkan wajah ceria. Pasalnya, lomba yang diselenggarakan oleh guru mereka tidak cuma menjanjikan hadiah istimewa, tapi juga bonus.
Hadiah istimewanya berupa uang yang cukup buat beli seragam dan buku. Selain itu, murid-murid yang berhasil di garis finis akan dapat makanan dan minuman gratis di warung makan yang menjadi titik tujuan lomba.
Sebelum peserta diberangkatkan, sang guru mengingatkan peserta untuk tidak berlaku curang. “Ini hanya lomba anak-anakku, kelak kamu akan merasakan manfaatnya!” ucap sang guru penuh perhatian.
Menariknya, sebelum lomba yang bisa memakan waktu tiga jam itu, sang guru membagi-bagikan uang dua ribu rupiah kepada setiap peserta. “Uang ini bonus untuk kalian semua! Tapi, jangan digunakan untuk makan dan minum, karena kalian akan dapat makanan dan minuman yang lezat di tempat tujuan!” jelas sang guru mengingatkan peserta.
Semua peserta pun menjadi lebih bersemangat. Ada hadiah utama, makanan dan minuman lezat di tempat tujuan, dan dapat uang saku yang lumayan. Mulailah peserta lomba yang tidak diawasi ini diberangkatkan.
Ternyata, gerak jalan yang berlangsung di tengah terik matahari ini, tidak semudah yang mereka bayangkan. Anak-anak pun memperlihatkan watak asli mereka. Ada yang jajan minuman di sebuah warung desa, ada yang mencari jalan pintas di luar rute yang ditetapkan, ada juga yang menumpang ojek motor.
Setibanya di garis finis, anak-anak pun dipersilakan menikmati makanan dan minuman istimewa secara gratis di sebuah warung desa. Setelah itu, pemenang pun diumumkan.
Menariknya, pengumuman itu mengatakan hal yang agak aneh. ”Anak-anakku,” ucap sang guru. ”Silakan di antara kalian yang pantas menjadi pemenang untuk maju kedepan!”
Mendengar itu, beberapa anak pun berebut untuk maju. Kepada yang maju ini, sang guru mengatakan, ”Bapak tidak bisa menyaksikan apa benar kalian berlomba dengan jujur. Bapak tidak mampu memastikan apa kalian benar-benar tidak curang. Bapak juga tidak tahu apa kalian benar-benar tidak jajan! Tapi, ada Allah yang selalu bersama kalian!”
Setelah ucapan sang guru, suasana pun menjadi hening. Mereka yang mengaku pemenang karena tiba lebih awal di garis finis ini pun saling berpandangan satu sama lain. ”Siapa yang berani jujur, akan Bapak kasih hadiah khusus!” ucap sang guru penuh perhatian.
Saat itulah, satu per satu anak-anak yang mengaku pemenang mundur. Hingga, tak seorang pun yang ada di depan. Mereka tampak menahan malu.
”Anak-anakku, kalian semua adalah pemenang karena telah berani jujur walaupun ada hadiah yang menggiurkan,” jelas sang guru sambil menatap anak-anak dengan senyum.
++
Hidup ini tak ubahnya seperti lomba maraton tentang kejujuran. Siapkanlah hati dan jiwa kita seperti anak-anak yang masih polos, yang berani menahan malu demi kejujuran. Dan, berani tidak memperoleh ’hadiah’ duniawi karena yakin Allah Maha Mengawasi kita. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Renungan Nasyid [1]

Berikut adalah diantara makna lirik salah satu nasyid lama dari Raihan yang berjudul Sesungguhnya , semoga kita bisa mengambil hikmahnya :

silakan download nasyidnya di sini



Quote
Sebenarnya hati ini cinta kepada Mu
Sebenarnya diri ini rindu kepada-Mu

Ada satu ungkapan yang indah dari para ulama,
”Sebagaimana perut lapar memerlukan makanan maka begitu juga rohani,
ia dahaga pada cinta Allah dan rindu pada-Nya.”


Mana mungkin, sekeping hati yang diciptakan Tuhan ini tidak menyayangi-Nya? Sudah semestinya kita menyintai seseorang yang menyintai kita. Apatah lagi Tuhan. Tuhan yang menciptakan kita dgn kasih sayang. Ya, kita diciptakan oleh-Nya dgn kasih sayang. Iya kan? Apakah perkataan Allah pertama kali pada Nabi Adam as?

Rasulullah saw bersabda,”Saat Allah menciptakan Adam, dan meniup ruh pada dirinya, Adam bersin. Dia berkata,’Alhamdulillah (segala puji bagi Allah).’ Adam mengucapkan tahmid tersebut dgn izin-Nya. Kemudian Rabbnya berkata,’Semoga Allah merahmatimu (mengasihimu), wahai Adam.’” (HR Tirmidzi)

Perkataan Allah pertama kali kepada Nabi Adam as adalah,
”Rabbmu mengasihimu..”

Allah itu Ar-Rahman..

“Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang,” (QS Al-An’am:54)

Kita lupa.. Kita pernah menjadi saksi bahwa Dia adalah Tuhan kita:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan ,”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS Al-A’raf:172)

Allah bertanya kpd anak keturunan Adam ketika di alam ruh,
”Bukankah Aku adalah Tuhan kalian?” Mereka menjawab,”Benar, kami menjadi saksi.”Mungkin kita beralasan yang kita tak ingat persaksian ini. Tapi sesungguhnya persaksian yang kita ucapkan sewaktu di alam ruh ini masih tertanam di dalam akal dan diri kita. Sebab, kita memiliki fitrah yang selalu membutuhkan Allah. Ruh-ruh kita sangat rindu untuk kembali kepada Allah.

--------------------------------------


Quote
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa cinta masih tak hadir
Tapi aku tidak mengerti
Mengapa rindu belum berbunga

Kita tunaikan kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Kita solat dan lakukan segala yang wajib ke atas kita. Tetapi, kenapa kemanisan beribadah itu masih belum datang? Kenapa keikhlasan beribadah itu tak kunjung tiba? Di mana salahnya? Inilah dia, bila ibadah hanya tinggal sebagai gerakan fisik semata. Inilah dia, ibadah yang tanpa hati, ibadah yang tanpa roh. Kita tahu hati kita sangat mendambakan cinta dan rindu-Nya, tetapi kenapa dambaan ini susah sekali tuk dicapai? Kita mau hadirkan hati kita ke dalam setiap ibadah kita. We are trying.. Semoga rasa putus asa takkan kunjung tiba. Rasa putus asa ke atas rahmat-Mu. Ya Allah, lindungilah hati ini..

“Ibrahim berkata,’Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya, kecuali orang-orang yang sesat.’ ” (QS Al-Hijr: 56)

Mohonlah kepada Allah keteguhan untuk berada di atas Islam yang Allah telah memberi hidayah kita kepadanya. Once, Imam Syafie selalu berdoa dgn doa ni,
”Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah memberiku petunjuk kepada Islam tanpa aku mohon. Maka, tunjukilah aku kepada syurga, ketika aku sentiasa memohon kepada-Mu.”

-----------------------------------


Quote
Sesungguhnya walau ku kutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau ku siram
Dengan air hujan dari tujuh langit Mu
Namun cinta tak kan hadir
Namun rindu tak akan ber bunga

Manisnya beribadah itu bukannya boleh dijual beli.
Kalau Allah tak mengizinkan, maka takkan jadi.

------------------------------


Quote
Ku cuba menghulurkan
Sebuah hadiah kepada Mu
Tapi mungkin kerana isinya
Tidak sempurna tiada seri

Setiap ibadah kita adalah untuk-Nya. Solatku untuk-Mu. Inilah hadiah untuk-Nya.Tetapi, adakah solat kita diterima? Khusyukkah solat kita? Nilai dan jiwa sebuah solat terletak dalam kekhusyukan. Solat adalah menghadap Allah. Bila kita mengatakan,”Allahu Akhbar”, Allah akan menyambut dan memperhatikan kita. Nilai solat terletak pada peranannya sebagai jalan utama untuk mengenal Allah. Solat diwajibkan agar kita mengenal Sang Pencipta. Diri ini hanyalah hamba, dan Engkau lah Tuhanku. “Tanpa rasa khusyuk kalian tidak akan berhasil mengenal Tuhan. Padahal tahukah kalian, mengenal Tuhan adalah inti kehidupan?”, Amru Khalid.

Saat kita solat, kita tundukkan wajah kita ke arah lantai. Seorang manusia akan berada dalam posisi ini dua kali: pertama, ketika solat, dan kedua, ketika hari kiamat.
Firman Allah:

“(iaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.”
(QS Al- Muthaffifin:6)


Wahai hati yang hina, apakah saat ini Allah tengah melihatmu tapi kau tegar memperhatikan yang lain? Ketika kita memanggil-Nya, Dia menyambut kita..

Rasulullah saw bersabda,“Sesungguhnya Allah akan menyambut sang hamba dalam solatnya sepanjang dia tidak berpaling. Maka jika sang hamba itu memalingkan muka, Allah pun berpaling darinya.” (HR Abu Daud dan An-Nasa’i)

Tika kita membaca surah Al-Fatihah, Allah mendengar dan membalas lafazan kita.

Allah swt berfirman dalam Hadis Qudsi,”Aku membahagi solatku menjadi dua bahagian untuk Aku dengan hamba-Ku.” Ketika dia mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”, maka Allah pun berfirman,”Hamba-Ku telah memujiku.” Lalu ketika dia mengucapkan “Ar-Rahmanir-Rahim”, Allah pun memfirmankan,”Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.” Dan tatkala dia mengucap “Maliki yaumiddin”, Allah berfirman,”Hamba-Ku telah memuja-Ku.” Ketika dia mengucap,”Iyyaka na ‘budu wa iyyaka nasta‘in”, Allah menjawab,”Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.” Ketika si hamba mengatakan,”Ihdinash shiratal mustaqim, shiratalladzina an ‘amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladdhallin,” Allah menjawab,”Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku. Akan kupenuhi yang dia minta.”(HR Muslim dan Tirmizi)

Allah... Allah menyahut.. 
“Hamba-Ku..”

Tapi, wahai hati, getaranmu masih belum terasa. Sudah matikah kamu?

-----------------------------------


Quote
Ku cuba menyiramnya
Agar tumbuh dan berbunga
Tapi mungkin kerana airnya
Tidak sesegar telaga kauthar

Kita gigih beramal, tetapi amalan kita dicampuri riak. Kita menunaikan solat, tetapi solat kita penuh dgn kelalaian. Dan amalan yang bercampur riak dan solat yang lalai ini kita mahu hadiahkan pada-Nya?

“Maka celakalah bagi orang yang sembahyang, iaitu orang yang lalai daripa sembahyanag dan berhati riak dgn itu.” (QS Al-Ma’un: 4-6)

Solat riak, sedekah riak. Riak untuk orang itulah. Riak untuk orang inilah. Entah pada siapa di Padang Mahsyar nanti Allah akan halau dan suruh kita “claim” pahala daripadanya?

------------------------------------


Quote
Sesungguhnya walau ku kutip
Semua permata di dasar lautan
Sesungguhnya walau ku siram
Dengan air hujan dari tujuh langit Mu
Namun cinta tak kan hadir
Namun rindu tak akan berbunga
Jika tidak mengharap rahmat Mu
Jika tidak menagih simpati
Pada Mu ya Allah

Memang kita tidak tahu amalan kita yang manakah Allah akan terima. Oleh itu, perbanyakkanlah, perbaikkanlah.. Dan jangan pernah letih untuk memohon pada-Nya,”Ya Allah, ikhlaskanlah ibadahku hanya untuk-Mu. Dekatkanlah hatiku pada-Mu. Cintakanlah hatiku pada-Mu. Rindukanlah hatiku pada-Mu.”

Ibn Qayyim mengatakan,
”Jangan pernah putus asa untuk teguh menunggui gerbang meski kau terusir. Jangan pernah berhenti untuk memohon ampunan meski engkau tertolak. Begitu gerbang telah terbuka, segeralah masuk selayaknya seorang tamu tak diundang. Kemudian tengadahkan tanganmu di gerbang dan segeralah berkata,’Tolonglah, saya adalah orang miskin. Bersedekahlah untuk saya...’”

Jangan pernah putus asa untuk teguh menunggui gerbang meski kau terusir.Kamu ingin menangis ketika solat tapi kamu tak dapat. Kamu ingin meraih kekhusyukan, tetapi kamu tidak tahu bagaimana caranya. Jangan pernah berhenti dan berpatah harapan!

Jangan pernah berhenti untuk memohon ampunan meski engkau tertolak.Kamu berbuat maksiat dan kamu bertaubat dan memohon ampun, dan kemudian kamu melakukannya kembali. Saat begitu, jangan pernah berhenti untuk memohon ampun.

Carilah hati kita. Imam Ghazali ra berkata,
”Carilah hatimu di tiga tempat: pertama, ketika membaca Al-Quran; kedua, ketika solat; dan ketiga, ketika mengingat kematian. Jika di tiga tempat tersebut engkau belum menemukan hatimu, maka mohonlah kepada Allah untuk memberimu hati, kerna sesungguhnya engkau sedang tidak mempunyainya!”

Apakah kita sedang mencari sebuah hati bagi diri kita? Ingatlah, 
untuk tidak pernah berputus asa menunggu di pintu, meskipun kita ditolak!

Teruskanlah berharap! Teruskanlah menagih simpati-Nya!

Namun cinta tak kan hadir, namun rindu tak akan berbunga..
Jika tidak mengharap rahmat-Mu, jika tidak menagih simpati.. Pada-Mu Ya Allah..


---------------------------------------------


Quote
Tuhan hadiahkanlah kasih Mu kepadaku
Tuhan kurniakanlah rinduku kepada Mu
Moga ku tahu
Syukur ku hanyalah milik Mu

Bagaimana mah merasakan cinta dan rindu pada-Nya? Jika mau cinta dan rindu pada-Nya, tunaikanlah solat malam. Saat itu kita menyepi bersama Allah. Malam yang tenang.. Setiap hati tertegun di hadapan Allah.. Air mata pun mengucur terhambur oleh rasa takut kepada Sang Pencipta.. 
“Wahai, Tuhanku, hanya Engkaulah yang tahu siapa penghuni syurga dan siapa penghuni neraka. Lalu aku tergolong dalam penghuni yang mana?”

Mungkin ada yang keberatan,
”Solat fardhu pun tak khusyuk, inikan pula solat malam. Haih~”

Hati manusia ibarat cermin yang tak mampu melihat selain barang yang ada di hadapannya. Dan segala sesuatu yang diletakkan di hadapan hati kita, akan mampu menguasai gerak gerik kita. Siang hari, kita penuh sibuk dengan pelbagai kerja, aktivitas. Dengan kondisi hati yang berhadapan dengan sekian banyak gambar yang saling berhimpitan, akankah kita mampu menyematkan “Al-Quran” dan “cinta Allah” di hadapannya? Ya, kita boleh! Dengan solat malam. Dengannya, kita akan membuat cermin hati ini hanya akan menatap satu gambar. Coba dan rasakanlah dulu. Solat malam akan membuat kita merasai makna yang tidak dirasakan oleh orang lain.

Seseorang akan menangis keras dalam solatnya, atau seketika dia menangis tatkala alunan “Allahu Akbar” berkumandang di udara. Ya, dia telah mendengar dan melihat dgn hatinya yang hidup. Ibn Qayyim berkata,
”Dua orang boleh jadi berdiri bersama dalam satu saf, kedua kakinya saling bersentuhan, mereka berada di belakang satu imam dan mendengarkan bacaan ayat yang sama. Akan tetapi perbezaan kualiti solat kedua orang tersebut seolah perbezaan langit dan bumi.” Apa yang membuat perbezaan kedua orang ini begitu besar? Ya, gambar yang diletakkan di hadapan kedua hati orang ini.

Jadikanlah cermin hati kita hanya menghadap satu gambar, yaitu ‘kecintaan kepada Allah.’ Tekunlah melaksanakan solat malam pada saat orang lain terlelap dalam tidur mereka. Ya, tegaskan kecintaan kita kepada Allah, sebab orang lain betul-betul tengah lelap tertidur!

Rujukan: Ibadah Sepenuh Hati by Amru Khalid, Dari Hati ke Hati by Amru Khalid dan Lembutkanlah Hatimu by Us Amaluddin Mohd Napiah.

Wallahu'alam.
 

Dikutip dari : komuniti.iluvislam.com (dengan sedikit perbaikan-naskah asli dengan bahasa Melayu)

Saturday, May 14, 2011

Bola dalam Lubang (perjalanan[2])

 
Pekan ini akhirnya saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Bandung. Selain untuk memenuhi beberapa janji, ada kegiatan juga di Bandung yang ingin diikuti. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bus Jakarta-Bandung yang lewat Jatibening pun datang juga. Saya segera naik dan berebut dengan penumpang lain. Sejuknya udara dalam bus menjadikan para penumpang nyaman di dalam bus dibandingkan udara Bekasi diluaran pada siang hari yang menyengat. Dua setengah jam sudah berlalu hingga bus sampai di terminal Leuwi panjang. Semua penumpang bersiap turun. Namun diluar hujan begitu derasnya. Mungkin ini salah satu hikmah sebuah ungkapan “sedia payung sebelum hujan”. Beberapa orang tampak senasib dengan saya, merasakan kebingungan yang sama karena tidak membawa payung.
Namun saya begitu yakin dengan adanya pertolongan Allah, dan tidak lama setelah itu, kekhawatiran tersebut hilang setelah pintu bus dibuka. Beberapa anak berebut dengan teman-temannya menawarkan payung kepada para penumpang yang hendak turun. Alhamdulillah…segera saya raih salah satu payung yang disodorkan. Pemiliknya adalah anak usia sekolah dasar. Tak jarang saya lihat di negeri ini pemandangan seperti itu. Anak-anak usia sekolah harus bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Anak pemilik payung itu menyerahkan payungnya, sementara dia rela diguyur derasnya hujan dan mengikuti saya dari belakang. Tak tega rasanya melihat sang pemilik paying itu kehujanan, maka saya ajak anak itu untuk sepayung berdua.
Dalam hidup ini, terkadang untuk mendapatkan sesuatu kita perlu berkorban memberikan apa yang kita miliki seperti kisah anak penjual jasa payung diatas. Ada kisah lain tentang seorang anak kecil yang berusaha mengeluarkan bola pingpong dari sebuah lubang namun tak kunjung mendapatkan hasil. Tiba-tiba ada seorang ibu yang melihatnya kemudian menyarankan untuk mengisi lubang dengan air dan dengan sendirinya lubang tersebut akan memberikan bola tersebut. Begitupun ketika kita mencari solusi untuk sebuah masalah. Tidak selalu dengan upaya untuk mendapatkan sesuatu. Tapi justru dengan memberi, solusi itu bisa didapatkan dengan sendirinya. Mari awali hari dengan semangat memberi!!
Bekasi, April 2010

Hidup dalam Pilihan atau Pilihan dalam Hidup

Hidup adalah pilihan. Itulah ungkapan yang sering kita dapatkan tentang pilihan hidup. Selama masih hidup, kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan. Bahkan seseorang yang berprinsip ‘hidup bagaikan air mengalir, ikuti saja alirannya kemana dia mengalir…’ sudah menetapkan pilihannya untuk ‘hidup bagai air’. Terlebih bagi seseorang yang mempunyai visi/tujuan hidup yang jelas, akan menemui banyak pilihan dalam setiap fase kehidupannya.

Seseorang bisa memilih jalan hidup sesukanya, berbuat sesukanya bahkan mencintai, membenci, dan memberi kepada siapa pun yang dia pilih. Ya. Itu memang pilihan. Namun cukup sampai disanakah kita memandang hidup sebagai pilihan? Sering kita dapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kita untuk menentukkan pilihan seperti “sudah lulus rencananya mau apa?” adalah suatu pilihan bagi kita, apakah melanjutkan S2? Bekerja? Menikah? Mengembangkan bisnis yang sedang dijalankan? Pulang ke kampung halaman? Kursus bahasa? Proyek dengan dosen? Atau pilihan-pilihan lain yang akan diikuti oleh pilihan-pilihan selanjutnya.
Ada pepatah bijak mengatakan : “hidup hanyalah kesempatan membuat pilihan, segalanya bergulir dan bergilir namun sejatinya pilihan yang benarlah yang membawa kemuliaan”. Seorang muslim sudah sepantasnya menetapkan pilihan-pilihan hidupnya atas dasar kebenaran yang sudah Allah tetapkan melalui Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW  melalui sunnahnya. Apapun pilihan kita, yang terpenting adalah atas dasar apa kita memilihnya dan pilihan tersebut bisa menjadikan kita lebih dekat kepada Allah. Suatu ketika Rasulullah diberi nasihat oleh Jibril yang tentunya nasihat bagi kita juga :
“wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau akan dihisab (dibalas) atas perbuatanmu itu dan cintailah siapa saja yang engkau kehendaki tapi sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang muslim itu karena shalat malamnya, dan kebesaran seorang muslim ialah karena zuhud terhadap sesama manusia”
Setiap pilihan memiliki konsekuensi baik cepat atau lambat, di dunia atau kelak di akhirat. Ketika seseorang menjadikan orientasi hidupnya hanya Allah saja maka Allah akan menjamin penghidupannya. Senantiasa kita meminta kepada Allah agar kita selalu dibimbing dalam setiap pilihan. Seperti para salafusshalih yang  mengorientasikan hidupnya hanya pada Allah. Mereka beribadah, berjuang, bekerja, dan beramal untuk meninggikan syari’at-Nya. Mereka memiliki kekuatan untuk menetapkan pilihannya senantiasa dalam rangka mengikuti petunjuk kebenaran.
Semoga kita termasuk orang yang selalu dibimbing Allah dalam setiap pilihan-pilihan hidup kita.
“”Ya Allah, jadikanlah yang terbaik dari usia kami adalah pada akhir usia kami. Ya Allah jadikan yang terbaik dari amal-amal kami adalah penutup amal-amal kami di dunia. Ya Allah jadikanlah yang terbaik dari hari-hari kami di saat kami bertemu dengan-Mu”.

Jatibening, April 2010

Pasrahkan Barang pada Pemiliknya!

Saudaraku, masih ingatkah kita dengan kisah perang Badar yang membawa beribu hikmah? Saat itu, para sahabat lebih senang menghadapi kafilah dagang. Tapi Allah memberi pilihan yang lebih agung dan baik daripada pilihan mereka. Dia memilih pasukan Quraisy untuk mereka hadapi. Ada perbedaan besar antara kedua pilihan itu, sama seperti perbedaan satu bintang dengan bintang lainnya. Apa saja yang ada di kafilah dagang? Yaitu, makanan yang bisa dimakan lalu dibuang di tempat kotor, pakaian yang bisa berubah usang, dan dunia yang fana. Sedang pasukan Quraisy, maka didalamnya terdapat garis demarkasi dimana Allah membedakan antara kebenaran dengan kebatilan. Ada kekalahan bagi syirik dan kemenangan bagi tauhid. Ada pembunuhan gembong-gembong kaum musyrik yang menjadi batu sandungan di depan Islam saat itu. Maha benar Allah yang berfirman :
“Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepada kalian bahwa salah satu dari dua golongan itu untuk kalian, sedang kalian menginginkan golongan yang tidak punya kekuatan senjata untuk kalian, dan Allah menghendaki membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir” (QS. Al-Anfal : 7)
Dalam keseharian , tidak jarang kita menyesali atas kehendak Allah yang terjadi pada diri kita. Atau mungkin seringkali kita menuntut kepada Sang Pemilik atas apa yang dipinjamkan-Nya kepada kita. Padahal semuanya adalah milik-Nya. Allah berfirman dalam QS. At-taubah: 111
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka, dengan memberi mereka surga”
Jika pembeli telah menerima barang yang dibelinya, maka ia berhak menggunakan barang itu semaunya dan meletakkannya di tempat yang disukainya. Ia sah saja menempatkan barang itu di istana atau di penjara. Bahkan menjadikannya kaya atau miskin. Atau menjadikannya berumur panjang. Dan kita tidak punya pilihan selain menyerahkan barang kepada pemiliknya. Maka apapun yang Allah kehendaki terhadap diri kita, pasrahkan semuanya pada Sang Pemilik, karena Dia yang mengetahui segalanya yang terbaik bagi kita.
Ada sebuah perkataan indah yang disampaikan Ibnu Al-Qoyyim ra.,
“Allah tidak memberi kita sesuatu bukan karena pelit, atau takut asset-Nya berkurang, atau menyembunyikan apa yang menjadi hak kita. Dia sengaja tidak memberi kita sesuatu untuk mengembalikan kita kepada-Nya, memuliakan kita dengan merendahkan diri kepada-Nya, mengayakan kita dengan membuat kita membutuhkan-Nya, memaksa kita duduk bersimpuh di depan-Nya, membuat kita merasakan manisnya merendahkan diri kepada-Nya dan lezatnya butuh kepada-Nya, memakaikan pakaian ubudiyah kepada kita, menempatkan kita dengan membawa kita ke tingkatan kewalian termulia, dan memperlihatkan kepada kita kebijaksanaan-Nya di kekuasaan-Nya, rahmat-Nya di kemuliaan-Nya, dan kebaikan-Nya di kekuatan-Nya. Jika Allah tidak memberi sesuatu, maka itu secara tidak langsung merupakan pemberian. Jika Dia mengisolir hamba-Nya, maka itu mengangkatnya ke posisi terhormat. Jika Dia menghukumnya, maka itu berarti mendidiknya. Jika Dia mengujinya, maka itu nikmat dan bukti cinta. Dan jika Dia membuat kita dikuasai musuh, maka itu berarti Dia menggiring orang kepada kita”


Referensi :
Risalatun ila Kulli man Ya’malu lil Islam karya Dr. Najih Ibrahim

Lembang, 6 April 2011

Saturday, January 1, 2011

Temaramnya Alhambra


Temaram, yang kumaknai sebelumnya adalah tanda kegelapan, kesedihan, kemuraman, atau keputusasaan.

Temaram adalah hal yang tidak kusukai
Temaram adalah masa dimana pengkhianatan dimulai
Temaram adalah tanda kematian akan cahaya
Temaram adalah waktu dimana insan seolah tidak merasa adanya Yang Maha Melihat

Namun tidak begitu ketika ku merasakan temaramnya Alhambra
Seolah waktu masuk kedalam beberapa abad lalu
Ketika cahaya temaram di malam hari  yang melingkupi Alhambra
Sang Istana Merah lambang kejayaan Islam
Cahaya yang terpancar dari keagungan asma Allah yang disebut di dalamnya
Temaram yang memberikan semakin anggunnya Alhambra

Temaram adalah cahaya dalam kegelapan
Temaram adalah terbitnya harapan diantara keputusasaan
Temaram adalah keindahan dalam kepekatan hitam
Temaram adalah pengingat akan adanya pertolongan
Temaram adalah tanda akan adanya sinar sebagai petunjuk
Temaram seakan mengingatkanku akan semangat hidup
Untuk terus bersyukur dan hidup menggapai cahaya
Temaram adalah kenikmatan dan anugrah Allah
Temaram,
 adanya cahaya dalam kegelapan
Maka selalu ada harapan dibalik segala ujian yang menyempitkan
Selama kita menggantungkannya pada Sang Maha Pemilik
Berpeganglah pada tali Allah dan yakin bahwa Allah akan memberikan pertolongan
Karena cahaya itu akan terus terbit menuju kemenangan dien-Nya
Pandanglah segala kegelapan dan ujian sebagai harapan akan adanya cahaya
Minadzulumaati ilannuur…
Dan yakinlah beserta kesulitan ada kemudahan
Yang semakin lama ….
sedikit cahaya itu akan menggantikan gelap


Lembang, Januari 2011